Selasa, 20 September 2016

PENGARUH INFLASI TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING (PMA) DI INDONESIA



PENGARUH INFLASI TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING (PMA) DI INDONESIA
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Moneter Islam
Dosen pengampu : Satria Utama, S.E.I.




  
Disusun oleh :

Arini Leviani S.W                   (20130730259)




Fakultas Agama Islam
Program Studi Ekonomi Perbankan Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2016


 
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini bukan merupakan hasil plagiat karya orang lain, melainkan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diterbitkan oleh pihak manapun. Dengan pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari ada yang mengklaim bahwa karya ini adalah milik orang lain dan dibenarkan secara hukum, maka saya bersedia dituntut berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia.






Yogyakarta, 6 Juni 2016
Yang Membuat Pernyataan :



ARINI LEVIANI SW
2013.073.0259





ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel makroekonomi (inflasi) terhadap Penanaman Modal Asing di Indonesia. Hasil penelitian ini adalah inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah investasi asing yang masuk ke Indonesia. Untuk menunjukkan kinerja dan potensi suatu Negara terhadap penanaman modal asing (PMA) adalah dengan melihat berbagai indikator, salah satunya adalah indikator makro ekonomi. Diantaranya: inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah dan cadangan devisa dalam suatu Negara tersebut. Salah satu faktor untuk meningkatkan penanaman modal asing (PMA) di Indonesia yaitu diterapkannya kebijakan dan langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi yang diambil oleh pemerintah.

Kata Kunci : Penanaman Modal Asing, Inflasi, Indikator, Makro Ekonomi, Kebijakan, Deregulasi, Debirokratisasi.



A.    Latar Belakang Masalah

Penilaian apakah bursa efek cukup baik untuk digunakan sebagai lahan investasi, para investor global biasanya melihat dahulu kondisi politik, ekonomi, sosial di mana bursa efek tersebut berada. Apabila perekonomian nasional tumbuh secara berkesinambungan, dengan inflasi terkendali dan situasi moneter yang menarik, para manajer keuangan akan tertarik menanam uangnya di bursa efek. Sebaliknya, kalau perekonomian di Negara tadi memburuk, banyak terjadi skandal keuangan dan moneter, misalnya investor asing akan segera bersiap-siap menarik dana yang ditanam di bursa tersebut.
Investor asing tertarik menanam uangnya di bursa Indonesia sejak 1989 karena penilaian mereka terhadap kondisi politik, ekonomi, dan moneter mendukung tujuan utama mereka berinvestasi, yaitu mendapatkan keuntungan. Risiko nilai tukar cukup berat karena rupiah senantiasa terdepresiasi terhadap dolar dan risiko politik dinilai cukup stabil karena Presiden Soeharto masih dianggap mampu menstabilkan kondisi ekonomi dan politik di Indonesia untuk jangka waktu menengah. Di bawah Presiden Soeharto, perekonomian Indonesia dapat tumbuh secara berkesinambungan sejak awal 1970-an sampai saat ini, suatu fenomena perekonomian yang belum terjadi sejak Indonesia merdeka tahun 1945. Pertumbuhan ekonomi ini tampaknya akan berlanjut terus.[1]
Penanaman modal asing maupun domestik merupakan langkah awal kegiatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Namun pada kenyataannya Indonesia masih mengalami kesulitan dalam hal menyediakan modal yang cukup untuk melaksanakan pembangunan ekonomi.[2] Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan pinjaman luar negeri saja untuk mendapatkan modal yang cukup. Keadaan tersebut mendorong negara berkembang seperti Indonesia untuk mencari alternatif lain selain bantuan pinjaman luar negeri dengan menggalakkan penanaman modal khususnya Penanaman Modal Asing (PMA).
Pada 1995 pemerintah menyetujui 799 proyek dengan total nilai US$ 39,9 milliar, sedangkan tahun 1996 jumlah proyek meningkat menjadi 959 proyek tetapi nilai investasinya merosot menjadi US$ 29,9 milliar. Nilai investasi ini anjlok karena pada 1996 PMA berskala besar atau megaproyek yang disetujui tidak sebanyak tahun 1995. Secara kumulatif sejak 1967 hingga 1996 pemerintah telah menyetujui 4.843 proyek PMA dengan nilai investasi sebesar US$ 173,6 milliar.
Pada tahun 2006 jumlah investasi asing (PMA) hanya mencapai 862 proyek dengan nilai US$ 5,97 ribu. Kemudian pada tahun 2007 dan 2008 meningkat masing-masing pada kurtal IV 207 proyek dan 253 proyek dengan nilai berturut-turut US$ 4.367 ribu dan US$ 9.216 ribu. Akibat krisis baru terasa sejak akhir 2008 dan selama 3 kuartal tahun 2009. Jumlah realisasi investasi dalam jumlah proyek masih meningkat yaitu menjadi 1.214 proyek namun nilai investasinya menurun menjadi US$ 10,117 ribu.[3]

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh inflasi terhadap penanaman modal asing (PMA) di Indonesia?

C.    Kajian Teori
1.      Inflasi
Banyak Negara di  dunia ini yang semula perkembangan ekonominya semula sangat baik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tiba-tiba mengalami kemunduran yang disebabkan oleh tingginya inflasi yang menyebabkan daya beli masyarakat turun sehingga sektor produksi juga turun. Inflasi yang tinggi bisa disebabkan oleh faktor internal Negara itu seperti tingginya permintaan barang dan atau jasa atau semakin langkanya persediaan barang terutama kebutuhan pokok, juga disebabkan oleh faktor eksternal dari luar negeri seperti krisis di Negara lain atau karena terjadinya nilai tukar mata uang domestik terhadap dolar yang semakin tinggi. Tingkat inflasi sebagai salah satu sumber kebangkrutan ekonomi suatu Negara maka inflasi dikatakan sebagai penyakit ekonomi yang harus dijaga kestabilannya.[4]
Berikut merupakan pengertian inflasi dari beberapa tokoh ekonomi:
a)      Kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan secara terus menerus (Boediono, 1985: 161)
b)      Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus menerus selama periode tertentu (Nopirin, 1990: 25)
c)      Suatu keadaan dimana terjadi senantiasa turunnya nilai uang. (Mannulang, 1993: 83)
d)     Inflasi terjadi apabila tingkat harga-harga dan biaya-biaya umum naik, harga beras, bahan bakar, harga mobil naik, tingkat upah, harga tanah, dan semua barang-barang modal naik. (Samuelson dan Nordhaus, 1993: 293)
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan pengertian inflasi adalah proses kenaikan harga barang-barang secara umum dan terus-menerus disebabkan oleh turunnya nilai uang pada suatu periode tertentu. Ini tidak bearti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu naik secara persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Namun yang penting terdapat kenaikan harga umum barang secara terus-menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi.

2.      Penanaman Modal Asing (PMA)
Kata investasi memiliki pengertian yang lebih luas karena dapat mencakup investasi asing langsung (direct investment) maupun investasi tidak langsung (portofolio investment), sedangkan kata penanaman modal lebih mempunyai konotasi kepada investasi langsung. Penanaman modal asing memiliki pengertian yang berbeda diantara para pakar ekonomi. Penanaman modal asing secara langsung dilihat dalam arti sempit adalah model penanaman asing yang dilakukan dengan mana pihak asing atau perusahaan asing membeli langsung (tanpa lewat pasar modal) saham perusahaan nasional atau mendirikan perusahaan baru, baik lewat Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau lewat departemen lain.[5]
Kegiatan penanaman modal asing secara langsung memberikan arti bahwa pemodal asing secara langsung atau secara fisik hadir dalam menjalankan usahanya. Hadirnya atau didirikannya badan usaha yang berstatus sebagai penanaman modal asing, maka badan usaha tersebut harus tunduk pada ketentuan dan aturan hukum yang berlaku di Indonesia.
Menurut  Undang-Undang Nomor 25 pasal 1 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Penanaman Modal Asing (PMA) adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik menggunakan modal asing maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.





D.    Pembahasan
Grafik 1
Pergerakan Inflasi (IHK) di Indonesia selama periode 2005-2015

Sumber : Badan Pusat Statistik[6]
Dalam jangka pendek, tingkat inflasi di Indonesia dapat ditekan di bawah angka 10% setelah sebelumnya mengalami lonjakan yang terduga mencapai 18 persen pada akhir tahun 2005. Lonjakan tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh dampak negatif dari pengaruh multiplier peningkatan harga minyak bumi dunia pada kisaran 60 sampai 70 dollar AS selama tahun 2005.[7] Seperti kita alami tingginya harga minyak bumi dunia ini membawa implikasi dikeluarkannya kebijakan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri dan pengurangan subsidi Pemerintah untuk harga BBM tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh  Septifany, dkk (2015) tentang analisis pengaruh inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah dan cadangan devisa terhadap penanaman modal asing di Indonesia (studi pada Bank Indonesia periode tahun 2006-2014) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah dan cadangan devisa terhadap Penanaman Modal Asing di Indonesia dari hasil pengujian hipotesis secara simultan. Variabel inflasi dan nilai tukar rupiah memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap Penanaman Modal Asing di Indonesia berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial.
Penelitian yang dilakukan oleh  Sidabalok (2011) tentang analisis pengaruh suku bunga internasional, kurs dan inflasi terhadap penanaman modal asing di Indonesia menyimpulkan bahwa dalam jangka panjang variabel tingkat inflasi menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan sesuai teori serta hipotesis yang diajukan dan dalam jangka pendek variabel inflasi positif signifikan dan tidak sesuai dengan teori serta hipotesis yang diajukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Alhasymi (2010) tentang pengaruh inflasi, suku bunga riil dan kurs terhadap investasi langsung di Indonesia tahun 1985-2010 menyimpulkan bahwa inflasi dan nilai kurs memiliki pengaruh negatif terhadap investasi asing, sedangkan suku bunga riil memiliki pengaruh positif terhadap investasi asing langsung.
Grafik 2
Perkembangan FDI Indonesia

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal[8]
Dari grafik di atas kita dapat melihat perkembangan penanaman modal asing (PMA) di Indonesia yang selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Tingginya tingkat inflasi membuat konsumsi masyarakat berkurang karena menurunnya kemampuan masyarakat untuk membeli barang akibat harga yang melambung tinggi. Apabila inflasi berkepanjangan, maka produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara inflasi dan investasi. Artinya, semakin tidak stabil ekonomi makro suatu negara maka semakin rendah tingkat investasinya.[9]
Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dan PDT, Kedeputian Perekonomian, Sekretariat Kabinet, Oktavio Nugrayasa, menjelaskan banyak faktor yang cenderung dapat mempengaruhi pertimbangan para investor untuk berinvestasi modalnya di Indonesia, diantaranya:[10]
1.      Sumber Daya Alam (SDA), seperti tersedianya hasil hutan, bahan tambang, gas dan minyak bumi maupun iklim dan letak geografis serta kebudayaan.
2.      Sumber Daya Manusia (SDM), dalam hal ini berkaitan dengan tenaga kerja yang siapa pakai/bekerja di perusahaan.
3.      Stabilitas Politik dan Perekonomian, akan berguna bagi investor dalam menjamin kepastian berusaha.
4.      Kebijakan Pemerintah, kebijakan dan langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi yang diambil oleh pemerintah dalam rangka menggairahkan iklim investasi dan usaha yang kondusif.

E.     Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dijabarkan diatas dapat disimpulkan bahwa inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah investasi asing yang masuk ke Indonesia. Untuk menunjukkan kinerja dan potensi suatu Negara terhadap penanaman modal asing (PMA) adalah dengan melihat berbagai indikator, salah satunya adalah indikator makro ekonomi. Diantaranya: inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah dan cadangan devisa dalam suatu Negara tersebut.
Keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi dengan FDI sangat kuat, dimana semakin tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara akan semakin tinggi pula tingkat kegiatan penanaman modal asing langsung. Modal asing tentu saja sangat membantu dalam industrialisasi, pembangunan modal ataupun dalam hal menciptakan kesempatan kerja, serta memperoleh keterampilan teknik.

F.     Saran
1.      Sebaiknya pemerintah berupaya fokus terkait permasalahan infrastruktur yaitu mengembangkan sektor pelabuhan, bandara, jalan, kereta api, pembangkit listrik, fasilitas perkotaan, energi terbarukan, dan infrastruktur gas untuk menunjang pertumbuhan investasi asing di Indonesia.
2.      Sebaiknya pemerintah juga berusaha menarik minat investor asing untuk datang dengan menggencarkan dan memberikan kemudahan perizinan hingga memberikan pemotongan pajak bagi para investor. Dengan demikian, kehadiran Investasi langsung asing (FDI) di Indonesia sangatlah diperlukan yaitu untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional.
3.      Tetap dilaksanakan kebijakan debirokratisasi (tindakan atau proses mengurangi tata kerja yang serba lamban dan rumit agar tercapai hasil dengan lebih cepat) dan kebijakan deregulasi (tindakan atau proses menghilangkan atau mengurangi segala aturan) agar investor asing semakin tertarik menanamkan modalnya di Indonesia.




DAFTAR PUSTAKA


Alhasymi, Muhammad. “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Riil dan Kurs TerhadapInvestasi Asing Langsung di Indonesia Tahun 1985 – 2010”, Jurnal Ekonomi, Fakultas Ekonomi, 2010
Aristides Katoppo, Pasar Modal Indonesia: Retrospeksi Lima Tahun Swastanisasi BEJ,  Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,  1997.
Basuki, Agus Tri dan Nano Prawoto. Pengantar Ekonomi Mikro & Makro, Sleman: Danisa Media, 2015.
Firdaus, Rachmat dan Maya Ariyanti. Pengantar Teori Moneter, Bandung: Alfabeta, 2011.
Fuady, Munir. Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis di Era Global. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2008.
Letarisky, Monica. Pengaruh Fundamental Makroekonomi terhadap Penanaman Modal Asing di Indonesia (Studi pada Bank Indonesia Periode Tahun 2004-2013). Skripsi, Malang: Universitas Brawijaya, 2014.
Nopirin Ph.D. Ekonomi Moneter, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1987.
Putong, Iskandar. Ekonomi Makro & Mikro Edisi 2. Ghalia Indonesia, 2002.
Septifany, Amida Tri, dkk. ANALISIS PENGARUH INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA, NILAI TUKAR RUPIAH DAN CADANGAN DEVISA TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA (Studi Pada Bank Indonesia Periode Tahun 2006-2014)”, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 25 No. 2 Agustus 2015.
Sidabalok, Masnir S. ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA INTERNASIONAL, KURS DAN INFLASI TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA”, Skripsi, Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.


[1] Aristides Katoppo, Pasar Modal Indonesia: Retrospeksi Lima Tahun Swastanisasi BEJ, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,  1997), hlm. 185-186.
[2] Amida Tri Septifany, dkk,  ANALISIS PENGARUH INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA, NILAI TUKAR RUPIAH DAN CADANGAN DEVISA TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA (Studi Pada Bank Indonesia Periode Tahun 2006-2014)”, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 25 No. 2 Agustus 2015.

[3] Masnir S Sidabalok,  ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA INTERNASIONAL, KURS DAN INFLASI TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA”, Skripsi, Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.
[4] Agus Tri Basuki, Nano Prawoto, Pengantar Ekonomi Mikro & Makro, (Sleman: Danisa Media, 2015) hlm. 259-260
[5] Munir Fuady,  Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis di Era Global, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2008) hlm. 67
[7] Masnir S Sidabalok,  ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA INTERNASIONAL, KURS DAN INFLASI TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA”, Skripsi, Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.
[9] Iskandar Putong, Ekonomi Makro & Mikro Edisi 2, (Ghalia Indonesia, 2002) hlm. 264

PROPOSAL MAGANG DI PT. BANK SYARIAH MANDIRI

PROPOSAL MAGANG DI PT. BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG PEMBANTU YOGYAKARTA (WIROBRAJAN) Jalan HOS Cokroaminoto No. 33A, Yogyak...